Liputanmetrosumut.com || Simalungun-Sumut- Jumat (27/01/2025)
Hutan cagar alam Martelu yang terletak di Nagori (Desa) Purba Tongah Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatra Utara,kawasan hutan cagar alam Martelu ini memiliki luas sekitar 195 hektar.
Mendengar sejarah dari masyarakat purba tongah,dulunya ketika di jaman Belanda lahan Hutan cagar alam Martelu ini adalah lahan milik Leluhur nenek moyang warga sekitar Purba.Belanda menjajah kampung purba tongah untuk memakai lahan pinjam tanam yang sekarang menjadi hutan cagar alam Martelu.

Leluhur masyarakat purba tongah tidak berpikir ketika itu,dusun ini akan berkembang dan terus berkembang sepanjang tahun,sehingga lahan yang dulunya lahan pertanian warga kini menjadi hilang,karena sudah di tanami pohon meranti,kini Pohon Meranti sudah besar dan sudah berusia puluhan tahun.
Dampak Pohon Meranti ini yang usianya puluhan tahun,sangat berpengaruh besar bagi lahan pertanian warga sekitaran hutan cagar alam Martelu.bayak warga mengeluhkan ketika di musim panen seperti jeruk, ubi , jagung dan juga padi.hama yang berasal dari dalam hutan cagar alam Martelu seperti monyet dan babi hutan kerap sekali mengganggu dan merusak tanam warga sekitar pinggiran hutan Martelu.

Pangulu(Kepala Desa) Nagori (Desa) Purba Tongah St.Mangatur Saragih Mengatakan “Kalo sempat satu hari saja kita tinggalkan ladang kita ini sudah pasti habis di makan monyet,tidak mungungkin lah kami terus menerus dan setiap hari menjaga ladang kita ini.kami kan sewaktu-waktu kadang kepesta dan acara keluarga juga”Ujarnya
Bayaknya pengaruh besar di lahan pertanian warga di sekitaran hutan cagar alam Martelu ini yaitu, yang biasa panen jeruk dari satu ladang bisa seharusnya 10 ton dan sekarang ini paling bisa maksimal 5 ton saja.akibat gangguan dari hama monyet,dan juga akar dari pohon Meranti ini telah sampai di lahan perladangan warga sekitaran pinggiran hutan cagar alam Martelu.

“Jadi setiap warga menabur pupuk untuk tanamnya sama saja percuma,pupuk yang di tabur pasti akan di serap akar pohon Meranti yang usianya telah puluhan tahun itu.kepada Pemerintah dan Dinas terkait,kami hannya mengusulkan untuk pemagaran seng dari baja ringan supaya tahan lama,terkhusus yang berdampak lahan pertanian warga di pinggiran hutan cagar alam Martelu”Ungkap St.Mangatur Saragih
Pangulu Nagori Purba Tongah mengatakan dia pernah beberapa kali mengusulkan Proposal ke Dinas Kementrian kehutanan,bahkan sudah sampai ke Provinsi.tapi sampai saat ini masih belum ada tanggapan dari Dinas terkait.

“kami sudah komfirmasi dan masyarakat Nagori purba tongah telah menandatangani keberatan dengan adanya hutan Martelu.kami tidak keberatan adanya hutan Martelu ini tapi kami keberatan tidak adanya perhatian dari Pemerintah Kepada masyarakat Purba Tongah yang berladang di sekitaran pinggiran hutan cagar alam Martelu”Tegas St.Mangatur Saragih
Di harapkan dari pemerintah,kementrian kehutanan yang membidangi Sumber Daya Alam untuk dapat segera membantu daerah pertanian masyarakat purba tongah yang terkena dampak dari hutan cagar alam Martelu.
“Hutan ini bagai mana tidak merugikan masyarakat Nagori purba tongah,setidaknya ada lah bantuan perhatian pemerintah dan usul-usulan kami yang sudah masuk itu tolong lah di beri jawaban.jika tahun ini tidak ada tanggapan,kami akan tembuskan usulan kami ini ke bapak presiden Prabowo”Tutup St.Mangatur Saragih.
(S.A Ricardo.Siahaan)
Editor : Redaksi
www.liputanmetrosumut.com

















